Senin, 23 Agustus 2010

KASIH TAK SAMPAI

By : Elly ROSIANA

Matahari hampir tidur ketika Seno-pemuda asal Yogya tiba di kota wali. Jalan-jalan sudah nampak sepi. Orang-orang yang berbenah diri bersiap untuk melaksanakan kewajiban mereka tiap hari. Sebentar lagi adzan maghrib bergema. Seno yang baru sampai di sana merasa kebingungan karena nyaris tak satu orang pun ia temui. Kasihan seno. Di persimpangan jalan ia berhenti. Ia memasukkan tangan kanannya ke saku jeans biru yang ia kenakan. Ia mengambil secarik kertas putih dari dalamnya. dengan cepat ia buka kertas itu kemudian membacanya.

Jl. Melati No.13, itu yang tertulis di sana. Itu alamat Adam, kakak Seno yang sudah lama tinggal di kota udang bersama istrinya.

Aduh, di mana letak jalan ini? Siapa yang harus aku tanya, di sini nggak ada orang. Kata Seno dalam hatinya. Kepalanya melihat kesekelilingnya, kali aja ada orang lewat. dia tersenyum kecil ketika pandangan matanya tertuju pada seorang gadis yang sedang mengayuh sepeda ari arh depan seno.

Tanpa pikir panjang, Seno langsung menghampiri cewek itu. Ia berlari sekencang mungkin agar bisa mengejar cewek itu, tapi siapa sangka, saat jarak mereka hampir dekat, tiba-tiba ada mobil jeep melaju kencang dan menyerempet cewek itu. cewek manis itu jatuh tepat di hadapan seno.

"Aduh..."rintih cewek itu sambil membersihkan lututnya yang terluka.
"Boleh saya bantu, Mbak?" Seno mengulurkan tangannya sambil tersenyum.
Cewek itu menatap wajah seno. Ia membalas senyuman seno. Wah, cantik sekali pikir seno saat ia melihat cewek itu tersenyum.
"Tentu aja boleh." cewek itu membalas uluran tangan seno. seno marah tangan mulus cewek itu dan membantunya berdiri.
"Makasih, ya." kata cewek itu lalu menaiki sepedanya kembali. "Aww!" cewek itu tidak mampu mengayuh sepedanya. kaki kanannya terluka.
"Kalau boleh, biar aku yang kayuh sepedanya, Mbak bonceng di belakang." seno menawarkan bantuan.
"Terima kasih. Tapi sebaiknya kita jalan aja." cewek itu menolak tawaran seno.
"Tapi, apa mbak bisa jalan?"
"Insyah Allah bisa, yuk jlan."

Merka berdua berjalan beriringan. Cewek itu memerangi spedanya sambil berjalan di samping seno.
"Kamu orang baru ya di sini?" cewek itu mulai membuka pembicaraan.
"Kok mbak bisa tau?"
Cewek itu tertawa kecil. wajahnya sangat cantik.
"Ya iya lah, kalo bukan musafir apa namanya orang yang bawa tas segede ini?"
seno ikut tertawa,"tapi mbak, bisa aja kan orang habis mendaki gunung."
"Iya, tapi mana ada orang mendaki gunung bingung cari jalan." cewek itu melirik seno sambil tersenyum," Kamu orang mana dan mau cari alamat siapa?"
"oh iya", seno jadi teringat tujuan awalnya NYARI ALAMAT! dia merogoh sakunya dan mengambil kertas yang tadi.
"Mbak tahu alamat ini?" seno menyodorkan kertas itu
"Oh...ini, kebetulan rumah saya di jalan itu juga. ayo saya antar ke sana!" cewek itu tersenyum lagi. cantik sekali. Pikir seno sekali lagi.
* * *

Tok...tok....tok
Pintu rumah mas adam ada yang mengetuk
"Assalamualaikum," teriak orang dari luar. rumah itu tampak sepi. maklum, penghuninya lagi pada sholat magrib.
"Assalamualaikum." teriak seno sekali lagi
"Waalaikum salam." akhirnya ada juga orang yang membukakan pintu."Eh, seno. baru datang sen?" wanita paruh baya itu menyapa seno dengan ramah.
"Iya, mbak." jaw2ab seno singkat
"masuk, sen!" perintah wanita itu pada seno.

dengan langkah malu-malu seno memasuki ruang tamu rumah itu. rumah itu memang cukup besar. halamannya terbentang luas ditanami bunga-bunga yang indah. ruang tamunya cukup luas. di atapnya tergantung lampu kristal yang indah. seno yang berasal dari kampung menjadi terpesona melihat rumah kakaknya yang cukup mewah itu.
"Duduk, sen. kamu mau minim apa? biar mbak ambilkan," ucap wanita itu dengan ramahnya.
"Ndak ush. Mbak lastri," seno menolaknya dengan malu-malu, "Mas adam, mana?"
"Oh masmu lagi ada di kamar. mbak panggilkan ya!" wanita yang ternyata bernama lastri itu pergi ke dlam.
seno sendirian di ruang tamu itu. di masih merasa takjub dengan pemandangan yang masih asing bagi dirinya.
"Hai, sen. apa kabar?" seorang laki-laki paruh bayu yang mirip seno muncul menghampiri seno. itu mas adam kakak seno.
"Alhamdulillah, baik mas." seno tersenyum riang melihat wajah seseorang yang selama ini ia rindukan. lelaki paruh baya itu kemudian mendudukkan diri di kursi di depan seno duduk, "Ibu dan bapak apa kabar, sen?"
"Ibu dan bapak, alhamdulillah sehat, Mas."
"Ayo diminum airnya," mbak lastri muncul dengan membawa secngkir teh dan segelas air jeruk dalam nampan. ia menaruh kedua minuman itu di depan seno dan suaminya, mas adam. permpuan itu lalu duduk disamping ada.
"Oh iya sen, kamu ke sini naik apa?" tanya mas adam
"Aku ke sini naik kereta lalu habis dari stasiun aku naik angkot turun dekat pasar sana," seno menjelaskan singkat.
"Kamu hebat, sen. msih hafal jalan ke sini." puji mbak lastri pada seno.
Seno tersipu malu. Ia tertawa-tawa sendiri teringat kejadian yang menimpanya GAK TAU JALAN.
"Kenapa, sen?" ada yang lucu?" mbak lastri penasaran melihat adik iparnya tertawa-tawa sendiri.
"Ah, enggak, mbak. aku cuma teringat kejadian lucu waktu aku di jalan." seno mencari alasan.
"Oh, tapi kamu beneran hafal jalan ini kan?" celetuk mas adam tiba-tiba.
"Tentu aja akuhafal," seno bohong. cowok lugu itu malu kalau kedua kakaknya thu bahwa dia hampir nyasar karena nggak tahu jalan.

Tok...tok...tok...
pintu rumah itu ada yang mengetuk lagi. nampaknya ada tamu di luar sana.
"Assalamualaikum," ada suara cewek yang mengucap salam.
"Biar aku buka pintunya, Mas," seno bernjak dari duduknya dan pergi ke pintu dan membukanya.
"waalaikum salam," seno segera membuka pintu untuk tamu itu.
Seno teperanjat sat ia tahu klalau yang datang itu cewek cantik yang ia tolong sat di jalan tadi. cewek itu datang sendiri dengan menjingjing kantong plastik di tangannya. saat itu cewek cantik itu mengenakan T-shirt putih dengan rok peri dengan warna yang senada pula.
"Lho, kamu tinggal di sini? cewek itu mulai membuka pembicaraan," mas adamnya ada?"
"A...ada, silakan masuk."
"Nggak usah, biar say titip ini aja buat Mas adam. sampein ya, bilangin ini ari ibu Vera," cewek itu menyerahkan kantong plastik yang dibawanya pada seno. seno hanya mengangguk. pikirannya entah terbang ke mana.
"Ya udah, terima aksih saya pamit pulang dulu.assalamualaikum," cewek itu tesenyum dan beranjak meninggalkan rumah itu.
"Waalaikum slam," jawab seno tanpa pernah berhenti memandang cewek itu.
"Siapa, sen? tanya mas adam.
Pertanyaan itu membuyarkan lamunan Seno. "E...ini Mas ada titipan buat Mas, katanya dari Bu Vera." jawab seno setelah ia sadar. Seno memberikan kantong plastik itu pada Mas Adam.
"Emang tadi Bu Vera ke sini?" tanya Mas Adam
"Ndak tau mas, tapi kalau menurut aku itu bukan Bu Vera." bantah Seno,"habis orangnya masih remaja seumuran aku lah. Cantik banget," jelas Seno kemudian.
"Oh,"jawab Mas Adam singkat.
"Emang dia siapa, Mas?"seno balik tanya.
"Itu Neng Fathiya, putri semata wayang Bu Vera. Kenapa? naksir?" kata Mas Adam.
"Nggak,Mas." seno tersipu malu," memangnya Bu Vera itu siapa?"
"Bu Vera itu yang punya rumah ini. mas cuma ngontrak di sini."
"Oh." kata seno singkat."Ya udah Mas, Mbak, pergi meninggalkan ruangan itu.
* * *
Mentari pagi udah bersinar lagi. Ini adalah hari pertama seno masuk ke sekolahnya yang baru. mas adam memilih SMA siliwangi yang terkenal karena menjadi SMA Teladan di grage untuk Seno. pagi ini Seno datang ke sekolah itu danter oleh kakaknya.
Kring...kring...kring...
Bel tanda pelajaran dimuali telah bergema. ibu Lusi, wali kelas XII IPA 1 membawa seno memasuki kelasnya yang baru. hati seno berdebar. Akan seperti apa murid-muridnya. baik atau nggak. Pinter-pinter apa nggak. Itu yang ada dalam benak seno.
jantungnya semakin berdegup kencang saat kakinya mulai memasuki ruang kelas itu.
"Selamat pagi, anak-anak!"sapa bu Lusi
"Pagi,Bu! jawab murid-murid serempak.
"Oh iya, ini ada teman baru kalian pindahan dari Yogyakarta dan mulai hari ini dia akan belajar di sini." kata Ibu Lusi," Ayo nak, perkenalkan dirimu," perintah Bu Lusi pada seno.
"namaku Seno Firmantiar, kalian bisa panggil aku seno."seno nervous abis, makanya setiap kata yang ia ucapkan selalu terbata-bata.
"Nah, Seno, sekarang kamu duduk di bangku kosong samping Fathiya," Bu Lusi menunjukkan di mana seno duduknya.
"makasih, Bu," seno beranjak ke tempat duduknya.
Dia terkejut saat ia tahu bahwa siswi yang duduk disampingnya itu adalah orang yang selalu ia kagumi, Fathiya, cewek cantik yang pernah ia tolong.
"Hai, ternyata kamu lagi. saya fathiya, mulai sekarang kita sahabatan dan mulai sekarang juga kamu akan menjadi teman sebangkuku."
cewek manis dan cantik ternyata bernama fathiya itu tersenyum pada seno.
"Aku seno. makasih udah mau jadi teman aku." seno duduk di samping fathiya. hatinya bergetar. jantungnya berdegup sangat kencang. seperti genderang perang (kata dewa). siapa sangka kalau ia sebangku sama fathiya, cewek cantik yang pernah ia tolong.
Pelajaran pub dimulai, semua orang konsentrasi mendengarkan, suasana kelas sunyi. hanya jantung seno yang masih berdegup sangat kencang.
* * *
Cirebon, 30 Maret
Seno udah 3 bulan belajar di SMA Siliwangi dn udah 3 bulan juga tinggal di kota wali ini. seno semakin akrab dengan fathiya dan saat itu juga seno semakin merasakan bahwa dia benar-benar mencintai fathiya. semakin hari cintanya pada fathiya semakin besar. bahkan udah gak bisa ditahan lagi ibaratnya kaya bendungan yang udah mau jebol. sayangnya, cowok ini gak berani ngungkapinnya. dia takut cintanya ditolak karena dia sadar bahwa dia hanya anak kampung, sedang fathiya...? Bisa dibilang SUPER STAR-lah.

Jam 11 malem, seno masih belum tidur. dia masih memikirkan fathiya. malem ini malem minggu, seandainya fathiya milik aku, mungkin sekarang dia ada disampingku. guman seno dalam hati. tanpa dia sadari mas adam masuk. lelaki apruh bauya itu duduk di samping seno yang lagi duduk bersandar sambil memeluk bantal.
"Belum tidur sen? suara itu memecahkan lamunan seno.
"Belum ngantuk, mas."
"Kamu kenapa? kok ngelamun? mas adam menyelidiki"Lagi falling in love ya," tanya mas adam kemudian. Seno terdiam. dia tersenyum-senyum. dia tersipu malu.
"benarkan tebakan mas?"tanya mas adam lagi. seno masih terdiam "Iya. mas aku lagi suka orang."kata-kata itu keluar dari mulut seno. mas adam memang gak bisa dibohongi.
"Sama siapa? terus apa dia tahu?"
"Dia belum tahu." jawab seno singkat.
"Kenapa?"
"Karena aku takut dia nolak, karena aku sadar kalau aku emang gakl pantes buat dia, dia superstras," jelas seno kemudian.
"Siapa dia?"
"Dia.." seno terdiam lagi,"Dia..fathiya."

Mas adam terkejut mendengar nama itu. pikirannya, kok bisa seorang seno suka sama fathiya? Tinggi banget selerah nih anak.
"Gimana, Mas?"
"Seno." Mas adam semakin mendekati seno." Yang namanya cinta itu buta. kalau suka tembak aja, kalau ditolak itu ya resiko."
seno terdiam lagi,"Yo wis, aku pengen nembak dia besok."

1 komentar: